Purwakarta.. kota ini biasanya
hanya aku lewati saja ketika melaju di Tol Jakarta – Bandung. Tak terpikir
sebelumnya untuk sejenak singgah di kota itu, yang aku tau hanya sebatas ada
waduk bernama Jatiluhur dan Makanan khas yang bernama Sate Maranggi, hingga
saat ini pun aku belum pernah tau cita rasa dari sate itu. Tapi ada satu tempat
yang merubah persepsiku tentang Purwakarta, Kalian harus kesini.
Aku penasaran karena baru mendengar ada gunung bernama Lembu, sedikit demi
sedikit aku baca tulisan di blog hingga akhirnya sebuah tanda titik
mengakhiri rangkaian tulisan yang aku baca sedari tadi. Bagai terkena racun
akupun segera memutar rencana untuk segera ke sana, dan jujur saja aku pun
menjadikan blog itu sebagai patokan perjalananku kali ini.
Kota Purwakarta dapat kita tempuh
hanya 3 jam perjalanan dari Bandung, ada banyak alternatif untuk menuju kesana
diantaranya dengan bus dan kereta lokal . Kali
ini kami menggunakan motor agar bisa sampai di Purwakarta lebih pagi
Welcome Purwakarta |
Panas terik sang surya menyambut
kami di Purwakarta ,Jalur menuju basecamp pendakian
cukup menyenangkan. Jalur berkelak kelok melewati pedesaan di sekitaran
Jatiluhur. Udara cukup sejuk , itu pasti. Jalur beraspal
cukup mulus, canda tawa sering keluar dari kita semua. Tak nampak kelelahan
setelah menempuh perjalanan dari bandung. Tampak di kejauhan Gunung Parang
menjulang kokoh, puncaknya tampak sangat lancip menantang langit. Di
belakangnya tampak juga Gunung Bongkok yang memang memiliki bentuk agak
membongkok pantas dengan nama yang disematnya. Dan setelah itu nampaklah Gunung
Lembu, memang sekilas seperti Lembu / Sapi yang sedang duduk dengan beberapa
bukit di atasnya yang menyerupai punuk sapi.
Melepas pandang ke Gunung Lembu,
aku memikirkan bahwa nanti malam kami akan menikmati sisa malam di atas sana..
ahhh pasti menyenangkan. Terdapat basecamp yang menandakan titik pendakian,
disini kita diwajibkan membayar retribusi sebesar 5 k. Menurut sang penjaga
basecamp biaya ini akan dipergunakan untuk pembangunan fasilitas di basecamp
dan perbaikan jalur menuju puncak. Kita juga pendaki pertama pada hari itu yang
akan naik, tutur sang penjaga. Mendengar kata tersebut hati saya semakin
bersemangat karena gunung ini masih sepi dan belum banyak terekspose seperti
gunung gunung lainnya.
“Akang .. Teteh nanti setelah turun
dari sini tolong di tulis di blog blog yaaa..” “Biar jadi rame sini mas”
..begitulah tutur sang penjaga basecamp.
“Siappp kang.... nanti pasti
ditulis di blog, stay tuned at komunitas satubumikita” sautku menimpalinya.
Tapi dalam hati sebenarnya aku
tetap ingin gunung ini sepi seperti ini tanpa banyak pendaki tanpa banyak
sampah. Tapi setelah dipikir pikir sayang juga tempat seindah ini tak aku tulis
di blog.
Jalur pendakian berada persis
disamping basecamp, jalur berada di tengah tanaman perkebunan. Hanya beberapa
meter saja kami berjalan jalur langsung menanjak tanpa ampun. Benar benar tanpa
pemanasan pikirku. Dengan kemiringan konstan 45 derajat kira kira, ditambah
dengan udara panas siang itu. Keringat pun langsung mengucur tanpa ampun,
apalagi kaki ini sudah lama tak diajak berolah raga. Sungguh cobaan awal yang
luar biasa.
selamat datang wisata gunung lembu |
trek gunung lembu |
Jalur menanjak ini berada di tengah
tengah hutan bambu, ditambah banyaknya nyamuk yang bersileweran menghisap.
Alangkah baiknya kalian membawa lotion anti nyamuk disini. Akhirnya di tengah
jalur aku pun terduduk untuk pertama kalinya. Panas namun segar, mungkin karena
berada di antara bambu bambu yang merupakan pohon dengan pengahasil O2 paling
banyak. Diantara letih ini aku coba memandang jauh kedepan, dan ternyata
terlihat waduk Jatiluhur, disini saja sudah tampak indah apalagi nanti saat aku
sampai di puncak pasti apa yang ada akan lebih indah.
Jalur Gunung Lembu ini cukup
menarik karena setelah jalur yang sangat menanjak tanpa ampun dari basecamp
jalur akan berubah landai dan naik turun punggungan sampai 3 kali. Inilah
keunikan Gunung Lembu, terdapat 3 punggungan bukit yang harus kita lalui. Bukit
bukit ini jika dari bawah akan tampak seperti punuk lembu / sapi. Pada saat
berjalan di punggungan ini pun aku merasa sedang merayap di punuk sapi raksasa.
Melangkah kembali tiba tiba kabut
menyergap di keheningan hutan. Suasana menjadi dingin ditambah keheningan dari
kami yang mulai kelelahan. Sinar sang surya pun tak mampu menembus pekat kabut
ini, suasana berubah menjadi sedikit muram. Tapi semua itu menimbulkan
keindahan tersendiri yang tak mampu aku jabarkan dengan tulisan.
Aku pun tak pernah membayangkan
jika ada tempat seperti ini di Purwakarta, karena memang banyak sekali tempat
indah di negeri ini. Pikiran pun melayang jauh dan berfikir jika Tuhan
menciptakan Indonesia ini dengan perasaan riang gembira, karena banyak sekali
keindahan dan kekayaan alam yang terdapat di negeri ini..
Pesan terakhirku bagi kalian yang
ingin ke Gunung Lembu alangkah baiknya kalian tetap menjaga kelesatarian dengan
jangan membuang sampah sembarangan dan membawanya turun agar semua keindahan
dan kelestarian Gunung Lembu tetap terjaga.
Kereen!!!
BalasHapus