Sekitar pukul tujuh pagi saya bersama A Agi berdua sengaja ingin mecari sunrise dan target kami adalah patahan lembang via puncak bintang
Perjalanan kami lanjutkan dengan terus berkendara mengikuti arah
jalan yang semakin lama semakin menanjak tajam. A agi mulai sesekali
menggunakan gigi satu agar motor tetap tangguh menghadapi medan. Entah
berapa lama kami bergumul dengan jalanan yang naik turun dan
berkelok-kelok itu, mungkin sekitar setengah jam. Pengunjung yang datang
menggunakan mobil harus ekstra berhati-hati agar tidak jatuh terperosok
ke dalam jurang yang menganga di satu sisi jalan.
Sambil terus berkendara, kami menikmati panorama indah kota Bandung
dari ketinggian yang masih diselimuti kegelapan. Sampai satu titik, saat
kami sudah tidak tahan lagi, kami memutuskan untuk berhenti dan
mengambil foto. Tergoda dengan indahnya kerlip lampu-lampu kota.
Mengabaikan Warung Daweung dan bangku-bangku kayu yang dtempatkan
menghadap panorama kota, kami terus melangkah hingga akhirnya tiba di
Puncak Bintang melalui jalan pintas. Alih-alih melalui pintu masuk resmi
yang dijaga oleh sebuah pos, kami berjalan melalui ladang warga.
Jadi, saudara-saudara, kalau nggak rela bayar tiket masuk seharga Rp
8.000 lebih baik kalian masuk lewat jalan pintas saja seperti kami.
Atau, cukupkan langkah kalian sampai di depan Warung Daweung. Di situ
juga kita sudah bisa menikmati keindahan panorama kota Bandung 180
derajat dari ketinggian.
Kami berjalan selama kurang lebih 45 menit. Celana jeans saya yang
tadinya bersih mulai ternoda oleh cipratan lumpur. Pun dengan alas
sandal gunung yang tertutup oleh lumpur tebal dan dedaunan yang
menempel.
Terus mengikuti petunjuk yang diberikan papan jalan, kami tiba di
tempat tujuan. Patahan Lembang-nya sendiri nggak terlalu menarik buat saya
,sebuah tebing dengan dinding berbatu-batu besar. Namun dari tempat
kami berdiri, kami dapat menikmati panorama indah yang memadukan
petak-petak sawah, rumah-rumah warga desa, dan bentangan gunung-gunung
berselimut kabut yang berdiri dengan gagah.
Setelah puas berfoto-foto, kami buru-buru berbalik turun karena
masing-masing masih memiliki keperluan yang harus diselesaikan. Dalam
perjalanan, kami bertemu dengan dua orang pemuda yang rupanya juga
sedang dalam perjalanan pulang menuju Warung Bandrek. Ya, ternyata
kawasan Bukit Moko ini pun terhubung dengan Tebing Keraton. Jika mau,
kamu bisa trekking sejauh sekitar 7 kilometer untuk sampai ke objek
wisata yang sedang fenomenal itu.
“It’s not a matter of destination, it’s a matter of learning.
Let’s learning by traveling…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar