Pendakian kali ini kita lakuin cuma bertiga dengan hike partner saya jimmy faisal aka jimbro, yang juga jadi hike partner saya ketika naik gunung. Lagi-lagi bermodal cuap-cuap di BBM akhirnya kami putuskan untuk mendaki manglayang dengan sistem tektok. Karena cuma tektok jadi tak perlu bawa peralatan banyak cukup dengan 1 keril sudah cukup.
Perkenalkan Sobat Muncak Jimbrow |
Pukul 09:00 saya pun mulai packing dan segera menghubungi jimbro untuk segera bersiap dan packing barang di cikutra. saya masukan alat ibadah, nesting, kompor, flysheet, gelas, sendok, raincoat dan headlamp. akhirnya saya segera menuju ke Cikutra dan bertemu dengan jimmy dan sayyid disana. Sebelum menuju ke Bumi Perkemahan batu kuda, yang kami pilih untuk memulai pendakian manglayang kali ini kami menyempatkan untuk membeli 2 bungkus indomie, 4 sachet kopi dan 2 nasi bungkus untuk kami makan di puncak nanti.
Setelah belanja logistik selesai kamipun langsung memacu kuda besi kami menuju pintu masuk BuPer Batu Kuda. Jarak dari jalan raya menuju Batu Kuda sekitar 7km dengan kondisi jalan yang cukup bagus. Sesampainya di Gerbang Batu Kuda kami membayar tiket masuk sebesar 5.000/orang dan segera menitipkan sepeda motor kami.
Batu kuda |
kami pun mulai memantapkan langkah untuk mulai mendaki. Di BuPer ini sedang ada sekumpulan mahasiswa yang tengah melakukan diksar, kamipun melewati camp mereka dan segera menuju ke situs batu kuda. Jalur dari pintu masuk hingga ke hutan bambu relatif landai. Memasuki hutan bambu tanjakan mulai tidak berprikemanusiaan ditambah licin akibat daun bambu yang berserakan yang membuat kami jatuh bangun.
Woles Curhat Dulu |
Selepas hutan bambu kita akan dibawa menuju hutan basah dengan jalur bebatuan, selepas hutan basah kita dibawa menuju hutan dengan pepohonan yang sangat rapat dan jalur yang cukup sempit. Di jalur ini tanjakannya sungguh tidak berprikemanusiaan, dibeberapa titik kemiriangan tanjakan 70-90 derajat. Sungguh membuat dengkul saya melambai-lambai ke kamera (baca : nyerah) selepas tanjakan terakhir, jalanan mulai lebar ini merupakan persimpangan dengan jalur barubereum. Dari sini jalur relatif landai dengan sesekali tanjakan. Tapi tanjakan di jalur ini menyerupai tangga yang dibuat alam dan lebih nyaman dibanding di hutan tadi.
Kurang lebih 20 menit akhirnya kami tiba juga di puncak utama Gunung Manglayang. Puncak ini dipenuhi pohon-pohon besar sehingga tak bisa melihat view apapun. Tapi dipuncak ini sangat luas bisa menampung 10-15 tenda. Di Puncak ini juga terdapat 1 makam. Ritual yang dilakukan saat dipuncak adalah bernarsis ria. Jepret jepret, nulis ini dan itu dan kami dikagetkan oleh suara adzan maghrib yang ternyata dari HP beler. Akhirnya kami putuskan untuk agak lama di puncak.
Freedom |
Setelah adzan usai dan dirasa cukup bernarsis ria akhirnya kami kembali ke persimpangan jalan tadi. Di sana ada sedikit kawasan terbuka yang bisa menikmati pemandangan kota bandung. Disana beler langsung menyalakan kompor untuk masak dan bikin kopi.
Santapan malam kami kali ini, Nasi, mie grebus, telor dan orek tempe. Maknyooss men. Seusai makan, kopipun telah siap dinikmati. Akhirnya sebatang dua batang filter kami keluarkan untuk menemani kami menikmati lukisan alam .
Mie Ala Manglayang |
Sebelum memasuki Hutan bambu kamipun sempat disorientasi, jalur yang kami lalui buntu. Panik, bingung semua jadi satu. Akhirnya kami memutuskan kembali ke string line terakhir dan istirahat sejenak disana. Menenangkan fikiran sambil menikmati sebatang rokok. Setelah cukup tenang kamipun berjalan lagi dan alhamdulillah kami memasuki hutan bambu dan akhirnya kami kembali ke hutan pinus. Aneh tapi nyata, jalur yang kami pilih pulang dan pergi sama. Saat berangkat kami melewati batu kuda yang berdiri dengan gagahnya tapi saat pulang kami tak melewati batu itu. Tak mungkin juga rasanya batu sebesar itu luput dari pandangan kami. Ya wallahualam, akhirnya kami tiba di gerbang dan melepas penat di salah satu warung yang ada disana.
Video Sederhana dari kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar