Minggu, 30 Agustus 2015

Jogyakarta


Sebuah bangunan putih ramping kecil 15 meter menjulang, dahulu disebut de witte paal atau juga tugu golong gilig, persis terletak di jantung kota Yogyakarta antara kraton terhubung Jalan Malioboro menuju Gunung Merapi di utara terdapat tetenger yang dinamakan Tugu, sebagai titik pusat didirikannya Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat tahun 1755. Di dalam rangkaian wisata Yogyakarta dengan Malioboronya, titik pusat dimaksud tepat mengawali langkah wisatawan menuju spirit sejarah Jogja yang sebenarnya. Tidak berlebihan tugu golong gilig bagi Kraton sejatinya merupakan roh kebudayaan dan kemasyarakatan yang menghubungkan penciptaan kepada Al-Khaliq. Waktu terus berjalan, sebagaimana guide terus memandu para pejalan rimba sejarah dan kraton monumental ini.





Terus ke utara setelah menyeberang rel ganda  stasiun kereta api adalah daerah yang amat terkenal bagi wisatawan yaitu Jalan Malioboro, mengingatkan nama Benteng Malbourough di Bengkulu yang diambil dari Herzog Von Malbourough. Dua nama ini berhubungan satu sama lain, sebagai pengaruh kedatangan bangsa asing beserta budaya mereka ke wilayah nusantara, hanya saja sampai di Yogyakarta nama spanyol berubah menyesuaikan lidah Jawa menjadi Malioboro.
Malioboro tidak pernah sepi oleh kegiatan wisata, di kanan kiri jalan sepanjang 1,5km terdapat pertokoan dan pedagang kaki lima sentra aneka produk kerajinan masyarakat. Produk Kaos Dagadu misalnya ditemui di Lt.bawah Mal Malioboro tepat di depan Gramedia Book Store. Di malam hari banyak pula pendatang menghabiskan waktu untuk santap malam dengan lesehan di suasana terotoar sepanjang jalan, mengingatkan sebuah lagu Katon Bagaskara berjudul Yogyakarta yang terkenal tahun 2000-an. Di jalan ini pula terletak pusat pemerintahan Kepatihan dan Hotel Inna Garuda yang dibangun di masa Belanda. Tidak lengkap datang ke Jogja  saat ini tanpa mengunjungi Tugu Malioboro di waktu malam.

Candi Borobudur

Jalan-jalan ke Yogya tidak lengkap ke Candi Borobudur. Borobudur identik dengan paket wisata ke Yogyakarta, padahal secara administratif candi ini terletak di propinsi Jawa Tengah, tepatnya d Kabupaten Magelang. Namun jarak Yogya ke Boroubudur jauh lebih dekat daripada jarak candi ini ke Semarang (ibukota Jawa Tengah), oleh karena itu candi Borobudur seolah-olah “milik” Yogyakarta.
Dari Yogya kami ke bukit teletubies -> tamansari -> gunung andong memakai mobil  untuk jalan-jalan. Karena masa liburan, kami pun menempuh rute yang cukup panjang ke Kabupaten Magelang. Memasuki Magelang hingga Muntilan kita bisa menyaksikan sisa-sisa lahar gunung Merapi yang meletus pada tahun yang lalu. Batu-batu besar di sungai terlihat dengan jelas masih baru dan berasal dari Gunung Merapi.
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, sampailah kami ke kompleks Candi Borobudur. Untuk masuk ke kawasan candi ini harga karcisnya sukup mahal, yaitu Rp30.000/orang. Kita tidak diperbolehkan membawa makanan berat seperti nasi bungkus karena khawatir mengotori atau merusak candi. Kalau membawa minuman masih dibolehkan. Ada petugas yanhg merazia tas pengunjung, jika ada makanan maka harus dititipkan di tempat penitipan tas. Dari tempat parkir kendaraan kita harus berjalan kaki cukup jauh (sekitar 1 km) ke areal candi, lumayan melelahkan juga di tengah cuaca panas terik.
Nah, perjuangan berikutnya adalah menaiki anak tangga yang lumayan panjang itu.

Setelah berjalan mendaki anak tangga, sampailah kami ke bagian atas candi Borobudur. Dari atas candi ini nampaklah lanskap alam Jawa Tengah dengan gunung Merapi di kejauhan.

Di bawah ini foto snapshot beberapa bagian candi yang termasuk keajaiban dunia itu. Melihat Candi Borubudur dari dekat terdecak rasa kekaguman kepada nenek moyang bangsa kita dulu. Sungguh pandai mereka membangun candi Borobudur dengan relief di dinding candi yang begitu detil. Relief itu menggambarkan perjalanan Sang Budha. Sungguh hebat sang arsitek candi yang bernama Gunadarma itu. Meskipun pemeluk agama Budha bukan mayoritas di Indonesia, tetapi keberadaan candi ini dilindungi dan dirawat dengan baik.









Water Castle atau Taman Sari Yogyakarta

Untuk kunjungan ke Yogyakarta kali ini kami alokasikan khusus untuk berwisata sejarah dalam sehari. Rencananya kami akan ke Taman Sari untuk berfoto foto dan dilanjutkan ke gunung andong daerah magelang



Water Castle atau Taman Sari Yogyakarta
alamat : Jl. Taman, Kraton, Kota Yogyakarta. (400 meter sebelah selatan Keraton Ngayogyakarta).
Jam Buka : Senin - Minggu, Pukul 09.00 - 15.30 WIB.

Harga Tiket masuk :
  • Wisatawan Domestik: Rp 3.000,-
  • Wisatawan Mancanegara: Rp 7.000,-
  • Biasanya wisatawan akan ditemani oleh Guide Lokal, tips serelanya. (rata-rata Rp 30.000,-)





masuk ke kolam pemandian. Kolam pemandian di area ini dibagi menjadi tiga yaitu Umbul Kawitan (kolam untuk putra-putri Raja), Umbul Pamuncar (kolam untuk para selir), dan Umbul Panguras (kolam untuk Raja).
Kolam nya cukup luas dengan air biru bening didalamnya. Setelah beberapa jepret foto diambil, kami  langsung  ke menara tempat pribadi Sultan. Ada kamar pribadi Sultan dengan tempat tidur dari batu dan diatasnya kayu papan. Bagian bawahnya ada lubang untuk kayu bakar, berfungsi untuk menghangatkan ketika udara dingin. Seberangnya ada kamar ganti dan ada  kamar mandi untuk membersihkan diri.









Selepas menikmati pemandangan dari atas menara, kami  menuju Gapura Agung, tempat kedatangan kereta kencana yang biasa dinaiki Sultan dan keluarganya. Gapura yang dominan dengan ornamen bunga dan sayap burung ini menjadi pintu masuk bagi keluarga Sultan yang hendak memasuki Taman Sari.
Kami juga melewati Gerbang Carik, tempat untuk menerima tamu yang datang untuk bertemu Sultan. Didepan gerbang ini ada tanah lapang, kata pemandu kami tempat tersebut untuk menerima gaji para abdi Istana ini.




Pesanggrahan tepat di selatan Taman Sari menjadi tujuan berikutnya. Tempat ini dipakai untuk bersemedi Sultan.  Area ini juga menjadi tempat penyimpanan senjata-senjata, baju perang, dan keris-keris jaman dahulu. Pelatarannya biasa digunakan para prajurit berlatih pedang.







Taman sari ini dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1756 dan selesai pada tahun 1765. bangunan dan arsitektur taman sari merupakan perpaduan gaya Portugis, Cina, islam dan jawa. Sebagian dari bangunan dan arsitektur dari taman sari hancur, ini disebabkan oleh beberapa kali terjadi musibah yang dapat menghancurkan taman sari tersebut. Tempat ini digunakan untuk berbagai kepentingan, sebagai tempat rekreasi, peristirahatan, persembunyian dan meditasi.

Read more at http://uniqpost.com/19917/taman-sari-yogyakarta/
Rute berikutnya menuju Sumur Gumuling dan Gedung Kenongo. Untuk menuju tempat tersebut, kami harus melewati Tajug, lorong yang menghubungkan Taman Sari dengan keraton dan juga Pulo Kenongo. Lorong bawah tanah yang lebar ini memang untuk berjaga-jaga apabila keraton dalam keadaan genting. Ruang rahasia banyak tersembunyi di tempat ini.
Keluar dari Tajug, Anda akan melihat bekas dari Pulo Kenongo yang dulunya banyak ditumbuhi bunga kenanga yang menyedapkan Taman Sari.
Kemudian kami menuju Sumur Gumuling, masjid bawah tanah tempat peribadatan Sultan dan keluarga. Untuk menuju ke pusat masjid ini, harus melewati lorong-lorong yang gelap. Di tengah masjid berupa tempat berbentuk persegi dengan 5 anak tangga di sekelilingnya. Ketika menengadahkan kepala terlihat langit biru. Sungguh suatu bangunan yang artistik.














Sewaktu melewati tiap tempat di Istana ini, kami juga melewati kampung yang penghuni nya masih abdi dalem Keraton. Sangat tenang & tenteram suasana disini. Semua warga di sekitar Istana sepertinya benar-benar menjaga rumah nya sehingga tampak asri.
 







Untuk mengunjungi seluruh Istana ini dibutuhkan waktu kurang lebih sekitar 2 jam, dengan berjalan kaki sambil mendengarkan sejarah Istana ini. Didalam Istana ini juga ada sebuah toko yang menjual lukisan yang dominan bergambar wayang, kerajinan wayang, & kain batik. Kita bisa melihat & bila tertarik dapat membelinya.

Candi Abang

Berawal dari iseng jalan-jalan sekitar jalan di jogyakarta kita akhir berencana untuk ke candi abang menggunakan applikasi HP kita akhirnya sampai di candi abang.  Di atas bukit itulah Candi Abang berada.
Untuk menaiki bukit harus ekstra hati-hati karena kondisi jalan yang tidak baik, masih berbentuk tanah dan bebatuan besar dengan pemandangan kanan-kiri berupa hutan. Setelah melintasi jalan berbatu akan terlihat padang rumput yang luas.  sebuah bukit hijau yang mempunyai tinggi sekitar 6 meter. Yang jadi pertanyaan di mana Candinya?. Kok malah nemu bukit mirip bukit teletubbis ya hehe..




Ternyata gundukan bukit hijau itu adalah candinya. Menurut berbagai sumber yang saya baca, candi Abang ini saat ditemukan sudah berupa gundukan batu bata yang tertutup tanah dan rumput.  Dinamakan Candi Abang karena terbuat dari batubata yang berwarna merah (abang dalam bahasa Jawa). Bentuk candi ini adalah menyerupai piramida dengan alas 36x34 meter dan tinggi yang hingga sekarang belum bisa diperkirakan Gundukan tanah ini mempunyai ketinggian sekitar 6 meter dan garis tengahnya sekitar 40 meter. Bagian tengah candi ini berupa sumur dan terdapat tangga masuk terbuat dari batu putih (gamping). Pada waktu pertama kali ditemukan, dalam candi ini terdapat arca dan alas yoni lambang dewa Siwa berbentuk segidelapan (tidak berbentuk segi empat, seperti biasanya) dengan sisi berukuran 15 cm. Jika menaiki bagian atas gundukan ini akan terlihat bata-bata merah yang merupakan batu penyusun candi ini sehingga candi ini dinamakan candi Abang


Setelah capek berfoto-foto, berkeliling menikmati keindahan candi Abang anda bisa beristirahat gubuk bambu yang ada di sudut bukit tersebut dan menyantap bekal makanan yang anda bawa dari rumah. Semoga bisa jadi referensi wisata anda sekalian. Mengunjungi candi ini jangan lupa membawa bekal makanan karena disini tidak ada yang jualan dan jangan lupa sisa-sisa bekal makanan anda di bawa pulang ya 

Sabtu, 29 Agustus 2015

Gunung Andong

Disaat kebanyakan muda-mudi tanah air tengah menikmati weekend bersama pasangan mereka di mall atau bioskop atau café-cafe, kami justru membenamkan diri di tengah balutan panorama alam Gunung Andong. Ya, Minggu kami berangkat dari Yogyakarta setelah kami yakin semua perbekalan sudah siap, mulai dari persiapan logistik, fisik, juga mental yang cukup berisik. Perajalan kami tentunya di awali dengan doa, agar segala hal dilancarkan dan dimudahkan Tuhan Yang Maha Esa.
Tim Gunung Andong

Dari beberapa sumber, Gunung Andong bertipe perisai dan kokoh berdiri di Magelang, Jawa Tengah. Letaknya yang cukup dekat dengan pusat Kota, membuat gunung dengan ketinggian sekitar 1.726 m ini selalu saja di datangi pengunjung yang mungkin ingin mengusir pening di kepala.
Perjalanan menuju Andong dari Jogja memakan waktu sekitar 2 jam, dan kami sampai jam setengah 12 siang. Kami berhenti di basecamp Sawit sebelum melakukan pendakian menuju puncak untuk mempersiapkan apa-apa yang belum siap. Pukul 1 siang, pendakian pun dimulai. Pendakian memakan waktu kurang lebih 2 jam setengah, dan sampai puncak kira-kira pukul 3 sore lebih 40 menit. Sebenarnya pendakian bisa lebih cepat kalau saja kami tak sering bersitirahat , Ya maklum,badan masih ngedrop nyetir dari jogya sampai magelang plus belum tidur .
Sesampainya di puncak, mata kami di suguhi pemandangan yang begitu memuaku. Kami seolah tengah berdiri di suatu titik di mana setiap tiap sudutnya dikelilingi kunang-kunang. Malam di puncak Andong begitu puitis, membuat kami semakin percaya bahwa Tuhan sedang bergembira ketika menyusun kota yang tepat di tengah pulau Jawa ini. Gunung Andong dipagari gunung-gunung megah yang jika naik sedikit ke puncak akan ada Gunung Sindoro, Gunung Merbabu dan Gunung Merapi.

Yang Istimewa di Gunung Andong

Bagi para pekerja yang juga aktivis alam, rutinitas kerja dan kurangnya waktu luang menjadi musuh yang begitu merantai ketika ingin mendaki gunung. Jika kamu ingin meresakan nuansa alam pegunungan dan tak memiliki banyak waktu, cobalah datang ke Gunung Andong. Meskipun tingginya hanya 1.736 meter di atas permukaan laut, tetapi gunung ini menyimpan sejuta pesona yang tidak boleh dilewatkan dan diremehkan. Untuk mencapai puncak dari Basecamp, kamu hanya akan menghabiskan waktu sekitar 2 – 3 jam saja.  Di tempat ini kamu bisa melihat hampir seluruh kota Magelang tanpa teropong! Tentu saja suasana alam khas gunung bisa segera kamu rasakan tanpa basa-basi.
Kamu bisa camping di sini, memanjakan otak –meski harus bercapek-capek dahulu, melihat orang-orang saling sapa-menyapa, memainkan lagu kesukaan, membunyikan terompet, memasak mie instan, dan lain sebagainya. Sayang, saking populernya gunung ini, membuatnya selalu dipadati dan secara perspekit tentu saja kurang bisa dinikmati segala panorama yang ada. Bila cuaca sedang baik-baik saja dan tak uring-uringan, kamu bisa melihat berbagai jenis rumah layakanya miniatur di sebuah kantor pemasaran. Puncak Andong begitu menghipnotis. Langitnya yang biru, makin gokil ketika dihiasai awan-awan putihnya yang bersih. Pikiran pertama saya saat tiba di tempat ini adalah: bikin time lapse! Selain itu semua, kamu juga bisa melihat sunset dan sunrise di Gunung Andong. Sinarnya yang keemasan akan bergerilya di sapu awan dan masuk melalui celah-celah matamu.
Jalur Pendakian Gunung Andong
Medan selama pendakian akan berubah seiring jalan naik, dari yang awalnya jalan stapak, lalu ke medan dengan tanah liat, rerumputan sampai bebatuan yang cukup tertata. Kemiringan ketika menuju atas pun tak begitu terjal dan masih dalah tahap wajar. Selama pendakian, kamu akan disajikan banyak area ladang sayur, pohon-pohon bambu sampai hutan pinus yang bisa dijadikan tempat istirahat. Hempasan angin sepoi-sepoi saat perjalanan dan nyaringnya suara burung juga akan menemanimu menuju puncak Andong.
Magnet Gunung Andong sebenarnya adalah sensasi saat kamu berjalan menuju puncak yang kiri dan kanannya langsung menuju jurang; tanpa pembatas. Inilah yang (saya baru tahu bahwa) rute ini disebut Punuk Sapi. Sapi dan Andong. Masuk akal lah…
Dari puncak Gunung Andong, kamu juga bisa melihat Gunung Merbabu yang duduk termangu dengan kediamannya yang misterius. Beberapa kali akan ada awan yang menyembul entah dari mana, berjalan mengitari Merbabu seolah ingin dikawini. Ada pula Gunung Telomoyo, duduk bersimpuh dan tampak pasrah karena punggungnya ditancapi puluhan pemancar.

Rute Jalan Menuju Gunung Andong

1. Rute Jalan Dari Utara, (Ungaran, Semarang, Salatiga,  Boyolali dan Solo)
Jika dari arah jalan raya Semarang – Solo kamu bisa langsung transit di terminal Pasar Sapi Salatiga kemudian ambil arah Magelang dan akan melewati Kopeng dan Pasar Ngablak. Di pasar Ngablak kamu akan melihat tugu berwarna biru, lalu belok kearah Grabag. Bila kamu sudah melewati lapangan sepak bola itu tandanya kamu ada di jalur yang benar. Setelah itu terus jalan sekitar 2 KM kamu akan melihat pertigaan makam dusun kenteng, belok kiri dan jalan terus sampai melihat plang SD Girirejo 2 ambli kanan, sampailah kamu di Basecamp Sawit.
2. Rute Jalan Dari Selatan (Ketep Magelang, Yogyakarta dan Purworejo)
Langsung saja ke Terminal Tidar Magelang, setelah itu di lampu merah canguk belok kanan menuju arah Kopeng dan kamu akan sampai di Pasar Ngablak. Terdapat gapura berwarna biru di Pasar Ngablak, lalu belok kiri kearah Grabag. Bila kamu sudah melewati lapangan sepak bola itu tandanya kamu ada di jalur yang benar. Setelah itu terus jalan sekitar 2 KM kamu akan melihat pertigaan makam dusun kenteng, belok kiri dan jalan terus sampai melihat plang SD Girirejo 2 ambli kanan, sampailah kamu di Basecamp Sawit.
3. Rute Jalan Dari Barat (Secang, Grabag, Temanggung, Wonosobo dan Parakan)
Jika kamu memulai perjalanan dari Terminal Secang, langsung ke arah Krincing lalu belok kanan di pertigaan yang akan menuju Grabag. Dari Grabag langsung ke Pasar Grabag, nah dari perempatan Pasar Grabag, kamu lurus terus saja kea rah Mangu. Dari Mangu naik terus melewati dusun Mantran kulon dan Mantran wetan. Jika sudah sampai di SD Girirejo 2 kamu bisa langsung belok kiri, sampailah kamu di Bascamp Sawit.

Tips Untuk ke Gunung Andong

 

 

Gunung Merapi


Desa Selo (1.560 mdpl)  termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Boyolali. Desa ini terdapat di kaki gunung Merapi (2.965 mdpl) yang merupakan salah satu gunung teraktif didunia. Untuk menuju basecamp, bila kita akan menuju Selo dari arah Solo/Boyolali, kita akan melalui perempatan "Surodanan" dekat RSUD "Pandan Arang" Boyolali.
Dari perempatan kita ke barat menuju arah Cepogo/Selo, setelah melalui jalan berkelok dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam (transportasi umum) maka kita sampai di Cepogo. Dari Cepogo kita menuju ke Selo, kita akan melewati Polsek Selo di kanan jalan, terus lurus ke barat ke arah Magelang, lalu ada pertigaan yang ada pohon beringin di kiri jalan, kita ambil kiri, karena kalau lurus adalah jalan menuju Magelang.

 
Jika kita berjalan kaki, untuk menuju basecamp pendaki di dusun Plalangan kurang lebih waktu tempuh adalah sekitar 15 menit, jalan yang kita lalui berupa jalan aspal yang cukup menanjak. Jika masih bingung, dari polsek nampak di kejauhan ada tulisan gede ala HOLLYWOOD menandakan suatu tempat, yaitu NEWSELO, tinggal berjalan saja ke "hollywood"nya Boyolali itu, pasti anda melewati desa Selo. Ditengah perjalanan menuju basecamp kita akan melewati sebuah pos kecil di kiri jalan, dimana anda bisa melaporkan pendakian anda dan membayar biaya retribusi pendakian, (5 ribu rupiah per orang ).

Setelah mendaftar, lanjut lagi naik keatas, melewati rumah warga, sampailah kita di basecamp Pendakian Gunung Merapi via Selo. Sebenarnya basecamp ini adalah rumah warga, Tempat ini dapat menampung sekitar 30 Orang pendaki dan bisa dikenali dengan sebuah spanduk bertuliskan BASECAMP PENDAKIAN GUNUNG MERAPI serta sebuah toko souvenir yang berdiri didepannya. Ini adalah basecamp baru, pindahan dari basecamp lama yang berada dibawahnya. Dari basecamp kita naik melalui jalanan aspal hingga New Selo, sebuah tempat dimana kita dapat memandang panorama sekitar kawasan "Taman nasional Merapi-Merbabu". Dirute yang terpapar mungkin tidak tercantum kata new-selo, sebab dahulu para pendaki dan warga sering menyebutnya "joglo ". karena di New Selo ini terdapat sebuah bangunan berupa joglo (rumah adat jawa).

Setelah melewati joglo, perjalanan masih berlanjut dengan melewati ladang penduduk hingga kurang lebih selama 30 menit. Di awal perjalanan ini jalur yang kita lewati berupa tanah berdebu yang jika hujan berlumpur dan sebagian licin karena  menjadi parit, sepanjang perjalanan kita dapat melihat ladang penduduk di kanan-kiri. Kalau beruntung, kita bisa melihat Burung Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), atau Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), satwa langka yang mulai punah.
Setelah hampir 1 jam perjalanan sampailah kita di gapura "Taman Nasional Merapi-Merbabu ", lalu terus naik melewati jalan setapak di tengah rimbunya hutan bawah merapi  hingga tiba di POS I (satu). Di pos ini terdapat sebuah tugu yang letaknya berada di sebuah punggungan, tingginya sekitar 1,5 meter. Dari Pos I Perjalanan dilanjutkan menuju POS Tugu II, dengan jalur yang curam dan penuh bebatuan besar. perjalanan menuju pos ini memerlukan waktu sekitar 1,5 - 2 jam. Di pos ini juga terdapat sebuah tugu, sama seperti di pos sebelumnya. dari sini kita tinggal memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk menuju PASAR BUBRAH. Medan pendakian masih serupa dengan sebelumnya. menjelang pasar bubrah kita akan melewati beberapa memoriam yang berada pada sebuah dataran yang menjadi puncak sebuah punggungan. dari sini anda tinggal turun menuju Pasar Bubrah (bubar).
Pasar Bubrah merupakan hamparan bebatuan yang berada pada sebuah lembah. dari sini terlihat 2 buah puncak. disebelah kiri adalah jalur menuju kawah woro. Dan bila lurus kedepan merupakan jalur menuju ke puncak. Dari pasar bubrah menuju puncak memerlukan waktu sekitar 1 jam dengan melalui medan yang sangat curam dan berpasir. Biasanya para pendaki  mempraktekan teknik scrambling untuk menuju puncak, karena medan yang dihadapi memang pasir berbatu yang mudah longsor. Sebaiknya kita berhati-hati karena angin kencang bisa datang setiap waktu, begitu juga dengan bahaya longsoran batu yang mungkin terinjak oleh pendaki diatas kita. Pendakian dari Basecamp Selo (plalangan) menuju ke puncak Gunung Merapi memakan waktu sekitar 4-6 jam dan turunnya membutuhkan waktu sekitar 3 - 4 jam per jalanan.